Dewi Sartika, R.A. Kartini, Christina Martha Tiahahu, Rasuna Said, mereka adalah pejuang wanita yang berkebangsaan Indonesia. Darah-darah perjuangan mengalir di dalam tubuhnya. Mereka mendobrak bias-bias sosial bahwasanya hanya laki-laki yang hanya boleh memimpin perjuangan, bahwasanya peran vital dalam sebuah perjuangan hanya diperankan oleh laki-laki saja. Mereka mendobrak stigma-stigma bias tersebut. Lewat perjuangannya, mereka banyak membuka mata kita bahwa perempuan Indonesia pun tak kalah tegar dan kuatnya seperti laki-laki. Mereka yang siang malamnya terjaga hanya untuk memperoleh satu kata: kebebasan. Jiwa-jiwa yang haus akan kebebasan, siang malam tak pernah diam untuk membungkus otak mereka dengan pengetahuan. Mereka ingin melawan dan bebas.
Di antara tokoh wanita yang terkenal di atas, ada satu tokoh yang kerap kali perannya terlupakan. Ia lah Umi Sardjono, pemimpin Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Umi Sardjono lahir di Semarang, Jawa Tengah pada 24 Desember 1923. Bernama asli Suharti Sumodiwirjo, ia merupakan seseorang yang lahir di keluarga yang melek akan pendidikan. Oleh karena itu dalam catatan studinya, tercatat ia pernah mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Masa kecilnya ia habiskan untuk membaca pemikiran Kartini, hal ini merupakan cikal bakal keikutsertaannya dalam perjuangan untuk memperjuangkan hak-hak wanita.
Umi Sardjono dalam dinamika pergerakannya selalu kesana kemari, berlalu lalang dari sau organisasi ke organisasi lain. Hingga akhirnya ia bertemu dengan S.K. Trimurti, seorang jurnalis perempuan yang banyak menginspirasi Umi Sardjono. Pasca pertemuan dan perkenalan keduanya, keduanya dapat dengan mudah akrab. Hal ini disebabkan karena pandangan keduanya sama, dan lebih mudah untuk melengkapi satu sama lain dari segi pemikiran. Keduanya memutuskan berkecimpung di Barisan Buruh Wanita (BBW) yang merupakan underbow dari Barisan Buruh Indonesia (BBI).
Umi Sardjono kemudian masuk ke dalam Gerindo (Gerakan Indonesia) di Blitar. Di dalamnya, Umi Sardjono belajar dan mengimplementasikan tata cara melakukan gerilya untuk melawan pemerintahan Jepang. Ia bergerilya bersama rekannya untuk menggulingkan kekuasaan Jepang. Dalam usahanya ini lah Umi Sardjono pernah ditangkap dan dipenjara. Namun setelah dibebaskan, Umi Sardjono semakin haus akan kebebasan. Pikirannya semakin matang dan terbuka, lantas ia mendirikan Gerakan Wanita Istri Sedar (Gerwis) pada tahun 1950 yang kemudian bertransformasi menjadi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) pada tahun 1951.
Umi Sardjono resmi menjadi ketua umum Gerwani pada saat kongres kedua Gerwani. Di masa jabatannya, Gerwani dikatakan berhasil. Mengapa demikian? Hal ini karena Gerwani berhasil memperoleh anggota yang relatif banyak dan gerkaannya pun tersebar masif di seluruh Indonesia. Gerwani tak hanya mengurusi perihal nasib buruh, Gerwani juga mengurusi perihal pendidikan dan hak-hak perempuan kala itu.
Namun perannya seakan dihilangkan pasca tragedi G30S. Nama Gerwani menjadi tercoreng dan dicap sebagai organisasi radikal nan berbahaya. Hal ini serta merta menghilangkan eksistensi serta prestasi yang telah Umi Sardjono torehkan untuk memperoleh kemerdekaan bagi Indonesia dan kaum perempuan. Pasca peristiwa G30S, Umi Sardjono dibawa ke Kamp Plantungan bersama rekannya yang lain. Di sana, Umi Sardjono seakan diadili. Mendapatkan pelecehan, penyiksaan fisik dan mental. Praktik-praktik tersebut membuatnya ketakutan hingga depresi. Hingga akhirnya beliau wafat pada tahun 2011, dan dimakamkan di TPU Cipinang Asem, Jakarta Timur.
Umi Sardjono jelas merupakan tokoh wanita yang kharismatik. Jasanya sangat lah besar bagi perjuangan Indonesia, terkhusus perempuan. Tanpa ragu ia melangkah melawan segala bentuk imperialisme — kolonialisme yang menimpa Indonesia di masa lampau. Perjuangan fisik dan non fisik ditempuhnya untuk memperoleh kemerdekaan yang diimpikan. Umi Sardjono merupakan seorang sosialis yang selalu memiliki kharismanya tersendiri. Ia lah bunga yang tetap tumbuh meskipun banyak orang yang berusaha merusaknya. Dia akan tetap tumbuh, abadi.
Referensi:
Rahayu, Indiah Ruth. 2017. Umi Sardjono: Feminis Marxis Yang Menakhodai Gerwani. Diakses di https://indoprogress.com/2017/2/umi-sardjono-feminis-marxis-yang-menakhodai-gerwani/ pada 01 Desember 2022.
Ardanareswari, Indira. 2019. Jalan Revolusi Umi Sardjono, Pejuang Kemerdekaan & Pemimpin Gerwani. Diakses di https://tirto.id/jalan-revolusi-umi-sardjono-pejuang-kemerdekaan-pemimpin-gerwani-dnxi pada 01 Desember 2022